Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Ketika Gunting Pita Menutup Bau Anyir Bangkai Kota

Komprehensif
16 Agu 2025, 11:36 WIB Last Updated 2025-08-16T04:36:05Z

Karikatur bupati tersenyum lebar saat gunting pita di panggung, dengan latar kota rusak, pasar becek, sampah, dan rakyat yang kecewa.
Ilustrasi

 Di balik kain tirai panggung, kota ini berbau anyir. Saluran air tersumbat, pasar becek dikerubungi lalat, dan lampu jalan mati seperti nisan yang berdiri tegak di tiap sudut. Tapi di depan panggung, bupati berdiri dengan senyum dipoles seperti topeng, memegang gunting pita seolah itu tongkat sihir yang bisa mengubah busuk menjadi harum.


Setiap pekan, ia hadir di seremoni baru—peresmian gapura, lomba mewarnai, pelepasan karnaval—semuanya dirangkai seperti parade yang tak pernah berhenti. Di sela acara, ia bicara lantang soal “kemajuan” dan “kebanggaan daerah”, tapi tak pernah menyebut bau comberan yang mengalir di depan sekolah atau jalan retak yang sudah menelan korban.


Rakyat yang datang menonton tidak bodoh. Mereka tahu ini bukan kepemimpinan, tapi pertunjukan. Satu-satunya yang bergerak cepat di kota ini hanyalah tangan bupati ketika melambaikan salam ke kamera. Sementara itu, harga beras naik, sampah menggunung, air bersih hanya mengalir di foto laporan, dan angka pengangguran menempel di dada seperti nomor punggung lomba lari yang tak pernah dimenangkan.


Ia memimpin kota seperti mengelola panggung teater: masalah rakyat disembunyikan di balik properti dekorasi, dan setiap kritik dianggap gangguan teknis. Padahal, yang benar-benar runtuh bukanlah gedung pertunjukan—melainkan rumah-rumah rakyat yang atapnya bocor, warung-warung yang sepi pembeli, dan hati warga yang kehilangan percaya.


Dan di babak terakhir, saat panggung mulai retak dan suara penonton makin hening, bupati itu akan tetap berdiri—tersenyum lebar di atas bangkai gajah tua pertunjukan, melambaikan tangan seperti pelawak sirkus yang mengira dirinya pahlawan. Kamera akan merekam, tepuk tangan akan direkam, tapi bau busuk akan tetap tinggal, menusuk hingga ke pintu rumah rakyat.


(mis)

Iklan

iklan