![]() |
Diagram hasil riset Cube dan impact.com tentang tren influencer marketing di Asia Tenggara 2025. |
Jakarta, komprehensif.id — Sebanyak 76% konsumen Indonesia mengaku membeli produk karena terpengaruh influencer, tertinggi di Asia Tenggara. Temuan ini terungkap dalam laporan terbaru impact.com dan Cube bertajuk E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia 2025.
Laporan itu mencatat pemasaran afiliasi kini menjadi penggerak utama pertumbuhan commerce influencer, di tengah tuntutan konsumen yang semakin menginginkan konten orisinal, relevan, dan bernilai.
"Seiring berkembangnya preferensi konsumen di Asia Tenggara, brand perlu beralih dari model influencer tradisional dan metrik yang semu, menuju kemitraan jangka panjang yang benar-benar memengaruhi perilaku pembelian," kata Adam Furness, Managing Director APAC impact.com.
Berdasarkan survei terhadap lebih dari 2.400 konsumen, kreator, dan pakar industri di enam negara (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina), laporan ini juga menyebut media sosial seperti Facebook (91%) dan YouTube (89%) masih mendominasi. YouTube menjadi platform paling efektif untuk keterlibatan dengan konten influencer.
Alasan konsumen berinteraksi dengan influencer juga bergeser. Hiburan masih mendominasi (77%), tetapi keinginan belajar meningkat signifikan (64%). Sementara itu, kepercayaan terhadap mega influencer (dengan lebih dari 1 juta pengikut) terus merosot, hanya 59% responden yang terpengaruh, turun 7% dari tahun lalu.
Konten dengan tautan pembelian langsung terbukti lebih efektif, dengan 31% responden membeli lewat tautan kreator dan 30% lewat promosi platform. Promosi tanpa tautan pembelian kalah efektif.
Adam menambahkan, "Hasil riset kami bersama Cube menegaskan, pemasaran berbasis kinerja menjadi inti keberhasilan brand dalam menjangkau dan memengaruhi konsumen."
Beberapa tren lain yang diungkap laporan ini antara lain munculnya segmen Key Opinion Sellers (KOS), yang berkembang pesat di platform seperti TikTok Shop. Di Thailand, 9 dari 10 kreator TikTok teratas adalah KOS.
Affiliate marketing juga melonjak, dengan 83% responden mengaku pernah belanja lewat tautan afiliasi, terutama untuk produk kecantikan (62%) dan fesyen (54%). Marketplace seperti TikTok Shop, Shopee, dan Lazada jadi kanal favorit, menawarkan komisi hingga 13%.
"Strategi seperti investasi pada model afiliasi kini menjadi fondasi pertumbuhan yang berkelanjutan dan dapat diskalakan, dan tren ini semakin terlihat di seluruh kawasan. Penelitian tahun ini juga menegaskan pentingnya membangun koneksi dengan kreator secara autentik, untuk menghasilkan dampak yang terukur," ujar Adam.
Laporan lengkap dengan temuan dan rekomendasi strategi untuk brand tersedia di situs resmi impact.com dan Cube.
(martinus)